Rabu, 25 Februari 2009

SAJAK UNTUK PERAWAT


SAJAK UNTUK PERAWAT

Dalam diam mencoba untuk mengerti, Beban yang mereka tanggung dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Beban yang rasanya tak lagi tertera dimata fikiran mereka. Beban yang takkan tampak bila hanya dipandang mata raba. Beban yang tak lagi nampak dalam hidup mati mereka. Beban yang ia rasakan, adalah rasa terpanggil, memenuhi kebutuhan setiap mata yang membutuhkannya. Ketulusannya menorehkan kasih sayang dan cinta kepada setiap mata yang terhina Oleh kesakitan yang tak tertahan. Setiap insan yang tertanam kesakitan, mereka anggap sebagai raja, yang harus dilayani dengan tulus sepenuh hati.

Bagai seorang ibu yang merawat anaknya dengan ketulusan hati, bagai seorang guru yang mendidik anak didiknya dengan penuh rasa tanggung jawab, bagai pemimpin yang senantiasa mengarahkan pengikutnya kejalan yang benar. Mereka mampu memberikan segalanya yang kita butuhkan, mereka mampu mengubah hidup kita, dan merekalah yang mampu memberikan ketulusan bunda, saat bunda tak lagi disisi kita, mampu mendidik kita, disaat kita tak mengerti, mampu memimpin kita, disaat kita tersesat.

Hidupnya telah tercurahkan hanya untuk kesehatan dunia ini. Semua menjadi begitu nyata, saat tak lagi ada ketulusan perawat dalam menjalankan perintah hati nurani mereka. Kehidupan takkan seimbang bila kesehatan tak lagi terawat. Perawat, Terimakasih

Diri yang kami abdikan kepada rakyat. Bukan untuk dipilih, bukan untuk dijunjung, bukan untuk dipuja. Sebagai wakil rakyat, juru bicara rakyat, Kepada sang penguasa diatas segala kuasa.

Dan kamilah Sebagai tangan Tuhan, Memberikan kesehatan, Menyalurkan kedamaian, ketentraman, bagi semua insan. Saat raganya merasa kesakitan.saat raganya merasa kesakitan, saat hatinya merasa resah, sat jiwanya dalam gundah, jiwa yang butuh akan kedamaian, dan raga yang rindu akan ketentraman.

Satu keinginan yang kami nanti, Tersiratnya bahasa hukum untuk kami, Suatu undang-undang yang mengatur keberadaan kami, Dalam bentuk undang-undang keperawatan. Namun sampai saat ini masih juga belum kami dapatkan. Keputusan pemerintah akan bahasa hukum kami.

Pantas...

Pantas untuk mereka dapatkan, Tentang cita-cita luhur yang mereka ingini, Cita bersama untuk semua, Akan jaminan kesehatan yang mereka dapatkan

Di masa pembangunan ini,
tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti
Sudah itu mati.

MAJU

Bagimu Negeri
Menyediakan api.

Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai

Maju
Serbu
Serang
Terjang

Adalah sajak chairil Anwar

Yang pantas kami sajikan untuk mereka

Yang dengan tulus merawat kami yang sedang kesakitan.

Wahai wakil-wakil rakyat

yang mengerti akan penderitaan rakyatnya

bantulah pemikiran kami

tolonglah semangat kami

sahkan RUU keperawatan

untuk kami

untuk hidup kami

untuk indonesia sehat