Rabu, 26 Oktober 2011

Cry Plaintively

Hari ini ku tak berjumpa dengamu..

senjaku..

mataku yang leleh sembari meletakkan ragaku sejenak sambil bersiul lirih dengan kebiasaanku..

slalu membawa catatan kecilku,,

dan pulasnya hingga ku terlelap dibawah jendela tempatku menari dengan imajinasiku..

…..

Beberapa jam yang lalu sebelum aku tertidur..

Dimataku masih tersimpan suatu kejadian yang sangat membuatku pilu..namun ingin melihatnya kembali..

Saat itu ,aku pulang kuliah di waktu senja juga tiba.. hatiku berharap ini anugerah..

Berlari kecil aku di tepi jalan agar dia tak lama menunggu,

Handphone,, bergetar tanpa nada..

Aku melihatnya, ,,

Terlalu..

Pertemuan yang berharap menjadi anugerah bagiku  tertunda lagi,,

Dia bilang kan pulang ke gubuknya ..

Kenapa slalu ke buru?

Tak apalah aku siap menunggu lagi..







Dia kembali..

Tersenyum kecil ..

Aku merasakannya..

Bersiap-siap aku merapikan kemejaku serta jilbabku,, bewarna biru.. berharap kan sebiru hatiku nantinya…

Tatapan sayu dan lembut di antara kita, namun tak bisa dia menyembunyikan sesuatu  yang lain dari sudut matanya..

Aku tahu..

Handphone kembali bergetar, bukan untukku.. tapi untuknya..

Pucat wajahnya seketika itu juga,,

Aku penasaran.. Siapa dia?

Menangis berpihak kepadaku kali ini,, yaaaa aku menangis sambil tertawa kecil yang sedang merasakan sedikit-demi sedikit…

Apa ini yang dinamakan sakit hati?

Ataukah ini yang namanya sebelah tangan?

Apa mungkin ini yang dinamakan khianat?

Aku tak tau pasti apa itu namanya, yang jelas aku tengah menikmatinya, sendiri…

……

Embun dipagi hari yang sempat menyejukkan kalbuku dengan wujudnya,

Tiap tetesan yang membasahi jiwaku, aku merasa rapuh,, tapi aku sempat bahagia, dan sempat pula aku mengucap syukur,, karena aku masih bisa berbicara,,

Tiba2 saja hujan lebat menghampiri, padahal aku enggan mengundangnya bersamaku untuk saat ini,,

Dia datang, ,

“aku tahu..apa yang kamu rasakan”

Aku.

“aku baik2 saja , aku bahagia kamu ada disampingku hari ini..

Dia.

“Aku tahu aku salah, seharusnya aku tidak menutupi ini semua”

Aku.

“memang, kamu menutupi apa dariku? Aku tak tahu..(kemunafikan aku yang menjadikan aku smakin rapuh)”

Dia.

“hmmm…”

Aku.

“aku sudah menduga sebelumnya..”

Dia.

“maaf.. tapi aku takut,, dia yang menginginkan semua ini”

Aku.

“tapi kamu nenikmatinya, bukan..”

“apa yang membuatmu, mau menerimanya?”

Dia.

“tidak ada”

Aku.

“kamu menyukainya?”

Dia.

“jangan pojokkan aku, bukan itu maksudku,,  ku mohon mengertilah..

Aku.

“Ya aku mengerti kamu menyukainya”

“apa yang membuatmu menyukainya?”

Dia.

“emmm, meskipun jauh umur, dia mempunyai sifat dewasa, dan mengerti aku”

Aku.

“ hanya itu kah?”

Dia.

“iya”

Aku.

“dia bersikap seperti itu, semua karena sikapmu yang memberi harapan, mungkin kamu bilang kalau aku ini pemarah sehingga dirimu jenuh dengan ku, benar?”

Dia.

“kamu tahu?”

“Darimana kamu mengetahui semuanya?”

Aku.

“karena aku mencintaimu.”

Dia.

“umi…”

……

……

Tangisan senduku sedikit berkurang karena ku ingin segera beranjak dari sisinya.

Berlalunya waktu.. aku kira dia sadar akan sikap nya,,

Namun ternyata, dia makin memaki ku dengan cerita kepadanya bilang kalau aku ini memang pemarah.

Aku tak mampu menahan lagi,,,”jangan menungguku kali ini”

Semua cerita itu tlah berlalu pergi,

Namun dengan peristiwa itu, dia makin menjadi-jadi tergila-gila akan permainan sandiwara perasaan.

Aku mencoba mengerti..

Aku ingin berteriak sebetulnya, tapi hatiku menahannya untuk tetap diam..

Aku fikir ” dia masih ingin meminta-minta perhatia dari orang lain disaat aku jauh, suatu saat nanti dia pasti kembali”

Seperti itulah yang kurasakan sampai aku menangis sendu, melihat semua yang dia jalani disaat tanpa ada aku disisinya,

Aku tahu dia hanya mencintaiku, tapi aku tak percaya bahwa banyak “bunga” yang dia suka…

Biarlah…..

Terserah ….

Kita masih bersama, dan aku sangat mencintainya sampai waktu ini..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar