Senin, 14 Februari 2011

DEMAM THYPOID



A.    Definisi

Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh salmonella parathypi A, salmonella parathypi B, salmonella parathypi C, parathypoid biasanya lebih ringan dengan gambaran klinis sama (Rachmad Yuwono, 1991).



 

B.     Perjalanan Penyakit/ Patogenesis

Penularan salmonella typhi terjadi melalui mulut oleh makanan yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung, sebagian lain ke usus halus, ke jaringan limfoid dan berkembang biak. Kemudian kuman masuk ke aliran darah dan sel-sel retikuloendotelial melepaskan kuman kedalam peredarahan darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke jaringan, beberapa organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung empedu.

Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plakspenjen, minggu kedua terjadi nekrosis, pada minggu ketiga terjadi ulserasi plakis. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus-ulkus yang menimbulkan sikatrik ulkus dapat menyebabkan perdarahan. Bahkan sampai perforasi usus, selain itu hepar, kelenjar-kelenjar misesensial dan limpa membesar.

 

C.     Gambaran Klinis

Masa tunas 10-14 hari

1.      Minggu I

Keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi lainnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual-muntah, onstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat.

 

 

2.      Minggu II

Demam, bradikardi relatif, lidah yang khas (kotor di tangan, tepi dan ujungnya merah serta tremor) dapat ditemukan hepatomegali, splenomegali, dan metoanismus. Kesadaran somnolen, sopor, koma dan dapat terjadi gangguan mental berupa delinium atau psikosis.

 

D.    Pemeriksaan Diagnostik

1.      Data laboratorium

a.       Hb, HT turun bila terjadi perdarahan

b.      Reaksi widal agglutinin O dan H makin meninggi titernya makin besar kemungkinan menderita thypoid. Pada infeksi aktif, titer reaksi widal akan meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan minimal sesudah lima hari.

c.       Biakan darah positif terhadap salmonella thypi, memastikan thypoid tetapi biakan yang negative belum memastikan bebas thypoid. Hal ini disebabkan karena teknik pemeriksaan. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit, vaksinasi dimasa lampau, pengobatan dengan antibiotika.

2.      Foto abdomen dilakukan bila diduga ada komplikasi

 

E.     Komplikasi

1.      Komplikasi intestinal : perdarahan usus, perforasi usus dan ileus paralitik

2.      Komplikasi eksterna intestinal

a.       Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis) miokarditis, trombosis, tromboplebitis.

b.      Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombisitopeni atau DIC dan syndrome uremis hemolitik.

c.       Komplikasi paru : pneumonia, emplema dan pleuritis

d.      Hepar dan kandung empedu : hepatitis dan kolesistitis

e.       Komplikasi ginjal : giomerulonefritis, plenometrititis

f.       Komplikasi tulang : ostomielitis, spondilitis, arthritis

g.      Komplikasi neuropsikistik : deliriuri, meningitis, polio neuritis perifer, psikosis

F.      Penatalaksanaan Medis

1.      Obat-obat antibiotik yang biasanya digunakan adalah kloramfemikol, hamfenikol, kornimoksazol, amphisilin dan amoxcilin.

2.      Amtipiretika

3.      Bila perlu diberikan laktansia

4.      Tirah baring selama demam, untuk mencegah komplikasi, perdarahan usus/ perforasi usus.

5.      Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.

6.      Diet : pada permulaan, diet makanan yang tidak merusak keseluruhan saluran cerna dalam bentuk bening/lunak.

7.      Makanan dapat ditingkatkan sesuai perkembangan keluhan gastrointestinal, sampai bisa makan.

8.      Tindakan operasi bila ada komplikasi perforasi

9.      Transfusi bila ada komplikasi perdarahan

 

G.    Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian

a.       Data Subyektif

-          Demam

-          Nyeri kepala, pusing

-          Nyeri otot

-          Kurang nafsu makan

-          Mual dan muntah

-          Batuk

-          Diare/ susah BAB

-          Perasaan tidak enak di perut

-          Kembung

b.      Data Obyektif

-          Suhu tubuh meningkat

-          Anoreksia

-          Muntah

-          Diare/ konstipasi

-          Batuk

-          Kadang-kadang epistaksis

-          Hepatomegali

-          Metaanismus

-          Badikardi relatif

-          Lidah kotor

-          Kesadaran menurun; somnolen, sopor, koma

-          Gangguan mental

2.      Kemungkinan diagnosa yang muncul

a.       Hipertermi yang berhubungan dengan proses penyakit

b.      Resiko ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh

c.       Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

d.      Kurang perawatan diri

-          Mandi              - Berhias

-          Makan             - Toileting

e.       Diare

1)      Hipertermi yang berhubungan dengan proses penyakit

Tujuan : Suhu tubuh kembali normal (36-370C) setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam.

Kriteria hasil :

-          Klien mengatakan sudah tidak demam

-          Badan tak teraba panas

-          TTV normal. S = 36-370C

Intervensi

-          Kaji vital sign tiap 2-3 jam

-          Anjurkan untuk banyak minum air putih 2-3 liter

-          Anjurkan untuk menggunakan baju yang tipis danb menyerap keringat

-          Ciptakan lingkungan yang tenang, sirkulasi udara dan kesejukan ruangan cukup.

-          Ganti alat tenun dan pakaian yang basah

-          Berikan kompres hangat

-          Anjurkan tirah baring dan mengurangi aktivitas

-          Kaji input dan output cairan

-          Laksanakan program terapi antibiotik, anntipiretika, infus dan pemeriksaan laboratorium

2)      Resiko ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh

Tujuan : Tidak terjadi ketidakseimbangan cairan.

Kriteria hasil

-          Vital sign dalam batas normal

-          Volume cairan seimbang (input-input)

Intervensi

-          Anjurkan untuk banyak minum 2-3 liter (24 jam)

-          Kaji tanda-tanda vital

-          Observasi tanda-tanda kekurangan cairan

  • Turgor kulit

  • Mukosa mulut (rasa haus)

  • Nadi lemah

  • BB turun


-          Laksanakan program terapi

-          Libatkan keluarga dalam upaya pemenuhan cairan

3)      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Tujuan : Nutrisi klien seimbang

Kriteria hasil

-          Klien mengatakan dapat makan dan tak ada keluhan

-          Makan 1 porsi sesuai yang dihidangkan

Intervensi

-          Kaji status nutrisi klien sesuai dengan BB, TB

-          Kaji pola makan klien

-          Bantu klein dalam pemenuhan nutrisi

Beri makanan yang tidak merangsang sel cerna dalam porsi kecil, hangat tapi sering.

-          Anjurkan untuk napas dalam bila merasa mual

-          Monitor makanan yang dihabiskan setiap kali makan

-          Timbang BB 2x sehari

-          Laksanakan program terapi

-          Kolaborasi dengan ahli gizi

4)      Diare

Tujuan : Diare dapat diatasi

Kriteria hasil

-          Klien menyatakan sudah tidak diare lagi

-          Konsistensi feses normal lembek

-          Input-output cairan seimbang

Intervensi

-          Kaji dan catat frekuensi, warna, konsistensi, feses serta keadaan feses dan abdomen, bising usus, peristaltik usus.

-          Observasi input-output cairan

-          Berikan makan minum yang tidak merangsang saluran cerna

-          Jaga kebersihan kulit daerah perineal

-          Timbang BB 2x/ hari

-          Kolaborasi dengan dokter dalam pelaksanaan/ pemberian program therapy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar