Senin, 14 Februari 2011

TUMOR GASTER (ASKEP)

Pengertian

Tumor gaster terdiri atas tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak dibagi atas tumor jinak epitel (benigna epithelial tumor) dan tumor jinak non epitel. Neoplasma jaringan ikat yang banyak ditemukan adalah tumor otot polos. Perangai tumor ini sulit diramalkan, dan sulit dibedakan antara tumor ganas dan jinak berdasarkan kriteria histologis. Salah satu gambaran yang mengarah ke jinak ialah ukurannya yang kecil, berkapsul, aktivitas mitolik yang rendah dan tidak ditemukan nekrosis (Underwood, 2000 : 439). Sedangkan menurut Sjamsuhidayat (2005 : 555) tumor jinak yang tersering ditemukan adalah polip dan leiomioma yang dapat membentuk adenomatosa hiperplastik, atau fibroid. Leiomioma yang merupakan tumor jinak otot polos lambung tidak bersimpai sehingga sulit dibedakan dari bentuk yang ganas (leiomiosarkoma) gambaran klinis dapat terjadi pada semua kelompok umur dan umumnya tumor ini tidak memberikan gejala klinis, kalaupun ada hanya berupa nyeri yang tidak sembuh dengan antasid. Pemeriksaan fisik tidak menemukan sesuatu kelainan, bila ditemukan kelainan perlu dipikirkan adanya karsinoma.



 

C.  Etiologi

Menurut Brunner and Suddarth (2002 : 1078) penyebab tumor gaster dimulai dari gastritis kronis menjadi atropi dan metaplasia intestinal sampai displasia premaligna, telah diketahui sebagai prekursor tumor gaster. Sejumlah mekanisme yang mungkin menghubungkan antara H. pylori dengan tumor gaster. Infeksi yang berlangsung lama menyebabkan atrofi kelenjar dan menurunnya produksi asam secara bertahap. Menurut Underwood (2000 : 440) yang menjadi penyebab tumor gaster adalah diet tinggi makanan asap, kurang buah-buahan dan sayuran dapat meningkatkan risiko terhadap tumor lambung. Faktor lain yang berhubungan dengan insiden kanker lambung mencakup inflamasi lambung, anemia pernisiosa, aklorhidria, ulkus lambung, bakteri H. pylori, keturunan dan golongan darah A.

 

D.  Manifestasi Klinik

Menurut Soeparman (1998 : 114) menyatakan gejala klinis yang ditemukan tidak khas, dapat dalam bentuk keluhan nyeri epigastrium atau bila didapatkan komplikasi seperti perdarahan sukar di bedakan dengan perdarahan yang bersumber dari ulkus peptik. Gejala lain yang akan didapatkan adalah dalam bentuk akut abdomen, perdarahan saluran cerna bagian bawah atau gejala obstruksi. Menurut Brunner and Suddart (2002 : 1078) gejala awal dari tumor dan kanker lambung sering tidak pasti karena kebanyakan tumor ini dimulai di kurvatura kecil, yang hanya sedikit menyebabkan gangguan fungsi lambung. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa gejala awal seperti nyeri yang hilang dengan antasida dapat menyerupai gejala pada pasien dengan ulkus benigna. Gejala penyakit progresif dapat meliputi tidak dapat makan, anoreksia, dispepsia, penurunan berat badan, nyeri abdomen, konstipasi, anemia dan mual serta muntah.

 

E.  Patofisiologi

Kanker dapat terjadi pada semua bagian lambung tetapi lebih sering ditemukan pada sepertiga distal. Kebanyakan kanker-kanker lambung adalah adeno karsinoma dan terjadi dalam bentuk-bentuk polypoid, ulseratif atau infiltratif. Bentuk ulseratif merupakan bentuk yang paling sering terjadi dan mungkin menampakkan gejala-gejala semacam ulkus peptikum, yang karenanya sering kali memperlambat diagnosis dan mendorong pasien untuk mengobati sendiri. Tumbuhnya kanker pada pintu masuk atau pintu keluar lambung dapat menimbulkan tanda-tanda obstruksi esofagus dan pilorus (nyeri ulu hati dan cepat kenyang). Pada umumnya bagaimanapun tanda-tanda awal dari kanker lambung tersebut tidaklah nampak. Kanker lambung dapat menyebar secara langsung melalui dinding lambung jaringan-jaringan yang berdekatan, ke pembuluh limfe, ke kelenjar limfe regional di lambung, ke organ-organ perut lain dan cenderung menyebar ke arah intraperitoneal. Prognosis tergantung pada dalamnya invasi dan tingkatan metastasis (Barbara C. Long, 1996 : 217).

 

F.   Pemeriksaan Penunjang

Menurut Hadi (1999 : 271) pemeriksaan tumor gaster meliputi :

  1. Pemeriksaan fisik : berat badan, anemia, adanya massa.

  2. Perdarahan tersembunyi dalam tinja (occult blood) : tes benzidin.

  3. Sitologi dengan gastrofiberskop.

  4. Rontgenologik : posisi (terlentang, tengkurap dan oblik, serta kompresi).

  5. Gastroskopi : pemotretan isi lambung.

  6. Gastrobiopsi : pengambilan jaringan secara visual pada lesi.

  7. Fosfor radio aktif dan CT scanning.


 

G.  Komplikasi

Menurut Sudayo (2006 : 351) komplikasi dari tumor gaster adalah sebagai berikut :

  1. Perforasi

  2. Hematemesis

  3. Obstruksi  pada  bagian bawah  lambung  dekat   pilorus

  4. Adhesi

  5. penyebaran pada berbagai organ seperti hati, pankreas dan kolon.


 

H.  Penatalaksanaan

Menurut Brunner and Suddarth (2002 : 1081) tidak ada pengobatan yang berhasil menangani karsinoma lambung kecuali mengangkat tumornya. Bila tumor telah menyebar ke area lain yang dapat di eksisi secara bedah, penyembuhan tidak dapat dipengaruhi. Pada kebanyakan pasien ini paling efektif untuk mencegah gejala seperti obstruksi dapat diperoleh dengan reaksi tumor. Bila gastrektomi subtotal radikal dilakukan, puntung lambung di anastomosikan pada yeyenum, seperti pada gastrektomi untuk ulkus. Bila gastrektomi total dilakukan kontinuitas gastrointestinal di perbaiki dengan anastomosis pada organ vital lain seperti hepar, pembedahan dilakukan terutama untuk tujuan paliatif dan bukan radikal. Pembedahan paliatif dilakukan untuk menghilangkan gejala obstruksi dan disfagia. Untuk pasien yang menjalani pembedahan namun tidak menunjukkan perbaikan, pengobatan dengan kemoterapi dapat memberikan kontrol lanjut terhadap penyakit dan paliasi.

 

I.    Fokus Pengkajian

Menurut Doenges (2000 : 997) dasar data pengkajian pasien antara lain :

1.   Aktivitas

Gejala    :   Kelemahan atau keletihan, perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur malam hari, keterbatasan partisipasi dalam hobi, tingkat stress tinggi.

2.   Sirkulasi

Gejala    :   Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja

Tanda    :   Perubahan pada TD

3.   Integritas ego

Gejala    :   Masalah tentang perubahan dalam penampilan, menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, kehilangan kontrol, depresi.

4.   Eliminasi

Gejala    :   Perubahan pada pola  BAB, perubahan eliminasi urinarius.

Tanda    :   Perubahan pada usus, distensi abdomen.

5.   Makanan atau cairan

Gejala    :   Kebiasaan diet buruk, anoreksia, mual atau muntah, intoleransi makanan, perubahan pada berat badan, berkurangnya massa otot.

Tanda    :   Perubahan pada kelembaban atau turgor kulit.

6.   Neurosensori

Gejala    :   Pusing, sinkope.

7.   Nyeri atau kenyamanan

Gejala    :   Tidak ada nyeri atau derajad bervariasi.

8.   Pernafasan

Gejala    :   Merokok, pemajanan asbes.

9.   Keamanan

Gejala    :   Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama.

Tanda    :   Demam, ruam kulit, ulserasi.

10. Seksualitas

Gejala    :   Masalah seksual, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini.

11. Interaksi sosial

Gejala    :   Ketidakadekuatan atau kelemahan sistem pendukung masalah tentang fungsi atau tanggung jawab peran dan riwayat perkawinan.

12. Penyuluhan atau pembelajaran

Gejala    :   Riwayat kanker pada keluarga, penyakit metastatik, riwayat pengobatan.

Pemeriksaan diagnostik

  1. Scan dan ultrasound : identifikasi metastatik dan evaluasi respon pengobatan.

  2. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum) : untuk menggambarkan pengobatan.

  3. Penanda tumor untuk monitor kanker dan membantu mendiagnosis  kanker.

  4. Tes kimia skrining misalnya elektrolit, tes ginjal, tes hepar, tes tulang.

  5. JDL dengan diferensial dan trombosit : menunjukkan anemia. (Doenges, 2000 : 997)





J.   Pathway dan Masalah Keperawatan

 

 

 




K.  Fokus Intervensi

Dengan melihat pathway tumor gaster dan merumuskan diagnosa perawatannya, maka beberapa diagnosa perawatan tersebut menjadi fokus intervensi, antara lain menurut Brunner and Suddarth (2002) adalah :

1.   Ansietas berhubungan dengan penyakit dan pengobatan yang diantisipasi.

Intervensi :

a.   Ciptakan lingkungan yang rileks dan tidak mengancam.

b.   Berikan dorongan terhadap keluarga dalam mendukung pasien.

c.   Berikan keterangan dan dukungan tindakan koping positif.

d.   Anjurkan pasien tentang adanya prosedur dan pengobatan.

e.   Anjurkan pasien untuk mendiskusikan perasaan pribadi dengan orang pendukung.

2.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.

Intervensi :

a.   Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.

b.   Berikan makanan yang tidak mengiritasi lambung.

c.   Berikan suplemen makanan yang tinggi kalori, vitamin A dan C, serta zat besi.

d.   Pantau kecepatan dan frekwensi terapi intravena.

e.   Catat masukan, haluaran dan berat badan tiap hari.

f.    Kaji tanda-tanda dehidrasi (haus, mukosa kering, turgor kulit kering).

 

 

3.   Nyeri berhubungan dengan adanya sel epitel abnormal.

Intervensi :

a.   Kaji intensitas, frekuensi, dan durasi nyeri.

b.   Anjurkan untuk periode istirahat dan relaksasi.

c.   Ajarkan tehnik untuk menghilangkan nyeri (imajinasi, distruksi, relaksasi, gosokan punggung, dan masase).

d.   Kolaborasi tentang pemberian analgetik sesuai resep.

Doenges (2000) juga menambahkan diagnosa yang muncul pada kanker lambung berdasarkan rumusan diagnosa keperawatan sebagai berikut :

4.   Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif dan ketidakadekuatan pertahanan sekunder.

Tujuan           :   Tanda-tanda infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan.

Kriteria hasil  :

a.       Mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam intervensi untuk mencegah atau mengurangi risiko infeksi.

b.      Tetap tidak demam dan mencapai pemulihan tepat waktu.

Intervensi :

a.   Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik dengan staf dan pengunjung.

b.   Tekankan higiene personal.

c.   Pantau suhu, dan tingkatkan istirahat adekuat.

d.   Kaji semua sistem terhadap tanda atau gejala infeksi secara kontinyu.

e.   Ubah posisi dengan sering : pertahankan linen kering dan bebas kerutan.

f.    Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

5.   Gangguan harga diri berhubungan dengan biofisikal : kecacatan bedah.

Tujuan           :   Gangguan harga diri teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan.

Kriteria hasil  :

a.       Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh.

b.      Mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi masalah secara efektif.

Intervensi :

a.   Dorong diskusi pecahkan masalah tentang efek kanker atau pengobatan.

b.   Akui kesulitan pasien yang mungkin dialami.

c.   Berikan dukungan emosi untuk pasien atau orang terdekat selama tes diagnostik.

d.   Gunakan sentuhan selama interaksi, bila dapat diterima pada pasien dan pertahankan kontak mata.

e.   Evaluasi struktur pendukung yang ada dan digunakan oleh pasien atau orang terdekat.

6.   Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.

Tujuan           :   Kurang pengetahuan teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan.

 

Kriteria hasil  :

a.       Mengungkapkan informasi akurat tentang diagnosa dan aturan pengobatan pada tingkatan kesiapan diri sendiri.

b.      Melakukan perubahan gaya hidup yang perlu dan berpartisipasi dalam aturan pengobatan.

Intervensi :

a.       Tinjau ulang dengan pasien atau orang terdekat pemahaman diagnosa khusus.

b.      Berikan informasi yang jelas tentang kanker dan pengobatan kanker.

c.       Berikan pengobatan antisipasi pada pasien atau orang terdekat mengenai pengobatan.

d.      Tinjau ulang dengan pasien atau orang terdekat pentingnya mempertahankan status nutrisi optimal.

e.       Anjurkan meningkatkan masukan cairan dan serat dalam diet serta latihan teratur.

7.   Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan.

Tujuan           :   Pasien dapat melakukan mobilisasi fisik secara optimal setelah dilakukan tindakan keperawatan.

Kriteria hasil  :   Meningkatnya atau memperhatikan mobilitas pada tempat paling tinggi yang mungkin, meningkatkan kekuatan atau fungsi yang sakit.

Intervensi :

a.       Kaji tingkat mobilitas yang dihasilkan oleh cidera atau pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap mobilisasi.

b.      Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik.

c.       Indikasikan pasien untuk bantu dalam rentang gerak pasif.

d.      Bantu dorong perawatan diri atau kebersihan.

e.       Berikan lingkungan yang aman.

1 komentar: